Pe-eR Award

Accepting this award, I am asked to do the following:

1. Thank and link to the person who awarded me this award.

2. Share 8 things about myself.

3. Pay it forward to 8 bloggers that I have recently discovered.

4. Contact those bloggers and tell them about their awards.


Jadi saudara-saudara, ini adalah Award pertama yang saya dapatkan di Blog. WoooW. Plok plok plok.. (Bingung juga sih, prestise atau tidak). Anugrah ini diberikan oleh sahabat saya Ade Oktiviyari dengan judul “Pe-er”. Thank you so much Huneyy, no word can round all to say it. Hufft 😀

Nah, penting rasanya mengenal saya jauh lebih dalam. Tak kenal maka tak sayang. Karena misi saya: Disayangi oleh semua orang, maka saya akan bercerita tentang diri saya. Hmm, cuma 8 poin, cukup ringkas untuk biografi seorang “devi”. Hahahaha, fall back please that’s one of my humbug. 😀

Sebenarnya, akan lebih mudah bagi saya bercerita, jika yang dipakai adalah metode wawancara :D. Karena saya akan bingung memilih sifat-sifat dominan yang ada, soalnya saya tipe yang Galau banget, hehe. But let me try it!

Pertama: saya suka warna Merah

Lama saya mencoba mengingat kapan pertama kali saya mulai menyukai warna merah. Saat SD, permulaan tukeran diary (yang berisi biodata anak kelas) saya menuliskan warna pink, alias merah muda, biru muda, hijau muda, coklat muda, hitam muda, hihi, di poin Wakes (Warna Kesukaan) karena kesannya girly gitu. Tapi, boleh diperiksa, jumlah benda yang saya miliki dengan warna-warna muda tadi tidak cukup banyak. Tidak lebih dari satu warna muda untuk tiap benda. Jadi sebenernya saya (cukup) berpikir keras untuk mengetahui warna kesukaan saya yang sebenarnya. Cukup melelahkan sebenarnya, karena akar permasalahannya, semua barang, baju, tas, kotak pensil, sepatu, jam beker, seprai adalah pilihan ibu saya. So, i couldn’t find my real me. But, just wait ‘n see, saat kamu tinggal sendiri, kamu (tak akan suka itu) harus menyediakan kebutuhanmu sendiri. Saya mulai mengumpulkan warna-warna merah di kamar. Lagi: baju, tas, kotak pensil, sepatu, jam beker, seprai, akhirnya didominasi oleh warna merah. So furious! Kasihan Dwi, hahaha.

 

 

Kedua: saya Aceh banget

Saya bersedia tidak dibayar untuk bercerita tentang sejarah Aceh (believe me! :D). Program Visit Banda Aceh 2011 menjadi event favorit saya saat bercerita kepada teman-teman di luar Aceh. Saya menjelaskan proses pembuatan halua breuh, dhodoi, meuseukat, keukarah, bhoi, mie caluek atau masakan lain, sungguh membuat saya bersemangat!. Buku-buku seperti Kerajaan Aceh, Keumala, Surat Cinta dari Aceh, Aceh di mata Kolonialis membuat saya selalu ingin bercerita tentang Serambi Mekkah ini.

Ketiga: Keinginan terbesar saya, Bisa Berenang, Jago ngomong dan Bebas

Saya kembali berusaha mengingat saat SD dulu, berapa kali kami berkunjung ke kolam renang Tirta Raya (lenyap setelah tsunami). Guru olahraga kami dulu, Pak Suarlis, terbilang sering mengajak kami berenang. Berapa kali ya? 3? 10? 20? Tapi menyesal sekali rasanya sampai saat ini ga bisa juga berenang. Kesal rasanya saat tiba di Lampuuk, Syiah Kuala, Lamno, pantai Meureudu, Lhoknga, cuma bisa mandi gaya bebek, kecipak-kecipuk. Huft 😦

Kalau bicara di depan forum pasti grogi, susunan kalimat jadi kacau dan bertele-tele. Inginnya bisa berbicara lugas dan tegas. Padahal saya cukup senang belajar bahasa. Bahasa asing, lebih saya pahami bagian tata bahasa dan kosa kata. Simpelnya, lebih ahli baca teks, buat kalimat dan lihat kamus. Saat di les (yang sedang saya sukai, Prancis misalnya), pelajaran favorit saya adalah baca artikel Le Monde bimbingan Pak Martunis, daripada menjawab perintah-perintah, biasanya dari Pak Ridha. Seandainya Toefl juga menilai speaking, maka nilai saya pasti tidak lebih dari 250. So grieve! 😦

Bebas. Sebenarnya tidak ada masalah dengan kata ini. Keluarga saya sangat demokratis. Jarang saya temui pengekangan dalam hidup saya. But you must know that, di luar sana, masih banyak aturan, atau stigma mungkin, perempuan yang tidak boleh sekolah atau kuliah, kalau kuliah ga boleh jauh-jauh, anak-anak dieksploitasi, sehingga waktunya habis untuk bekerja dibandingkan belajar, Palestina yang tak hentinya berdarah gara-gara Israel laknatullah alaihi. Go freedom!

Keempat: Saya suka berteman

Tukang parkir, ibu pisang goreng, abang martabak, mas sate, kakak warnet, bapak jual ikan, hampir saya punya contact numbernya. Kan biar pas belanja bisa murah, hihi. Di organisasi paguyuban, sebisa mungkin saya hadir dan beri masukan ide-ide, atau sekedar datang acara, ureung gampong hanjeut tatinggai.

haduh, kapan2 saya sambung lagi ya peernya.

2 responses to “Pe-eR Award

Leave a reply to Devi Fitriani Cancel reply